Novel Azab dan Sengsara Karya Merari Siregar
Azab dan Sengsara adalah novel yang dikarang oleh Merari Siregar. Novel ini diterbitkan pertama kali oleh balai Pustaka tahun 1921. Walaupun dengan oplah yang terbatas, novel ini telah diterbitkan sampai dengan cetakan ke -6 tahun 1984.
Novel ini menceritakan kesengsaraan tokoh Mariamin setelah ditinggal mati oleh ayahnya. Kesengsaraan itu menjadi berlarut – larut setelah Aminu’ddin menikah dengan wanita lain, padahal Aminu’ddin telah berkasih – kasihan dengan Mariamin sejak mereka berdua itu masih duduk di sekolah dasar. Mereka telah berjanji untuk kawin. Kesengsaraan Mariamin bertambah parah setelah dia menikah dengan kasibun yang ternyata mengidap penyakit kotor yang dapat menular kepada Mariamin. Karena Mariamin tidak mau melakukan hubungan intim dengan Kasibun, terjadilah percekcokan dalam rumah tangga mereka. Akhirnya, Kasibun memukul dan menyiksa Mariamin. Hal itu menyebabkan terjadinya perceraian di antara mereka. Akhirnya, Mariamin meninggal karena tidak sanggup lagi menahan segala kesengsaraan itu.
Novel ini muncul pertama kali dengan judul Azab dan Sengsara Seorang Anak Gadis. Pada edisi selanjutnya anak judul “Seorang Anak Gadis” tidak disertakan lagi. Novel ini tercatat sebagai buku kesusastraan Indonesia modern uang mula – mula terbit. Beberapa kritikus sastra berbicara mengenai novel ini, baik dalam seminar maupun dalam buku atau media massa. Zuber Usman dalam bukunya kesusastraan Indonesia Baru menganggap novel ini adalah novel yang mula – mula terbit. Buku – buku pada masa – masa sebelumnya adalah cerita – cerita yang diterbitkan dengan memakai bahasa Meklayu rendah dan bahasa daerah, seperti bahasa Aceh, bahasa Minangkabau, Bahasa Bugis, dan bahasa Batak. Pendapat itu juga dikemukakan oleh A. Teeuw dalam Sastra Baru Indonesia yang menyatakan bahwa Azab dan Sengsara adalah novel orisinal yang pertama. Dalam kritiknya yang lain, teeuw menyatakan bahwa novel itu melukiskan watak – watak dalam bentuk hitam dan putih dan gaya karangan yang merayu – rayu pengarangnya sering menghadapi para pembaca secara langsung untuk memberikan komentar – komentarnya atas perilaku tokoh.
Dalam bukunya yang berjudul Himpunan Seni Sastra Indonesia, Asis Safioedin menyatakan bahwa novel ini berisi hal – hal dan kejadian – kejadian yang sebenarnya yang terjadi dalam masyarakat ( menentang kawin paksa ). Karangannya sudah merupakan karangan asli walaupun masih ada bekas jejak kesusastraan lama ( bahasa klise ).
Pendapat Ajip Rosidi dalam Ichtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969) hamper senada dengan pendapat kritikus yang lain. Azab dan Sengsara adalah novel pertama tentang kawin paksa yang kemudian untuk kurang lebih dua puluh tahun lamanya menjadi tema yang paling digemari dan paling banyak ditemukan dalam novel – novel Indonesia.
Umar Junus, seorang kritikus Sastra Indonesia di Malaysia, dalam bukunya Perkembangan Novel – Novel Indonesia melihat adanya persamaan motif antara novel Azab dan Sengsara dengan Hikayat si Miskin dalam Sastra Melayu Klasik. Motif tersebut diarahkannya kepada tokoh Sutan Baringin dan Nuria, orang tua Mariamin. Motif itu adalah peristiwa dari karya sekaya – kayanya menjadi miskin semiskin – miskinnya. Umar Junus juga melihat motif tersebut dalam cerita Sitti Nurbaya karya Marah Rusli, yaitu jatu hmiskinnya Bagindo Sulaiman. Oleh sebab itu, umar Junus mengatakan bahwa pada Azab dan Sengsara dia mungkin berupa lukisan tentang keburukan orang yang berkelahi dengan keluarga sendiri atau orang yang bersifat materialistic sebagaimana terlihat dalam berbagai peristiwa.
Sumber : ENDIKLOPEDIA SASTRA INDONESIA MODERN - PUSAT BAHASA-ROSDA KARYA
0 Response to "Novel Azab dan Sengsara Karya Merari Siregar"
Post a Comment