”Kue Bolu Apel, ” adalah cerita keempat dari buku ini.
Seorang pererempuan tua ingin sekali memakan kue bolu apel. Ia akan membuatnya. Ia mempunyai tepung, gula, mentega, tapi justru apellah yang tidak ada padanya.
Si ibu tua itu pergi meninggalkan rumahnya membawa sekeranjang kecil buah prem (sebangsa anggur) dengan harapan akan dapat ditukarnya dengan apel. Bertemu dengan seorang wanita muda yang sedang menyebar gandum dan mempunyai ternak banyak diantaranya : ayam, angsa, kalkun dan lain-lain. Sebagai tukaran ia tidak mendapat apel dari wanita muda ini, karena wanita ini hanya mempunyai sekantung bulu-bulu ternaknya. Tidak apalah kata perempuan tua itu maka ditukarnya buah prem dengan bulu-bulu yang sekantung itu. Bertemu dengan suami-istri yang sedang bertengkar memperdebatkan mana yang lebih baik untuk isi bantal kursi, apakah jerami atau kapas. Kata si perempuan tua yang lebih baik adalah bantal yang berisi bulu-bulu, maka ditukarkan kantung bulu itu dengan bunga bermacam-macam. Bertemu dengan seorang jejaka yang sedang gandrung karena janji si tukang emas: cincin untuk kekasihnya masih belum selesai, dan untuk mengobati hati rindu ini, bungalah yang lebih tepat kata perempuan tua itu, dan jadilah penukaran: si pemuda itu memberikan kalung emasnya, untuk sekeranjang bunga, yang akan dipakai membujuk sang kekasih. Kalung emas memang masih jauh daripada buah apel, tapi bisa dijual dan uangnya dibelikan apel, begitulah pikir si ibu tua. Bertemulah dengan keluarga miskin memberikan anjingnya. Anjing malah lebihjauh dari tujuan semula: buah apel, tapi ibu tua, dengan penuh keyakinan, ia terus meneruskan perjalanannya. Maka bertemulah dengan seorang laki-laki tua yang mempunyai banyak pohon apel, tapi merasa iseng, karena tak mempunyai teman. Ya, katanya seekor anjing tentu akan lebih baik daripada berpuluh-puluh buah apel, untuk dijadikan teman iseng. Maka terjadilah penukaran: anjing dengan sekeranjang buah apel, dan terkabullah cita-cita si ibu kini. Pada akhir cerita, disisipkan maksud cerita itu dengan kata-kata sebagai berikut:”Jika kita sungguh-sungguh berikhtiar dan tidak putus asa, tentu tidak akan susah mendapatkan kue bolu apel,” kata perempuan tua itu, sambil memakan kue yang lezat rasanya itu sepuas-puasnya.
Cerita kelima mengisahkan tentang seorang nelayan dengan istrinya yang setia “Bagaimana Syau Etietsy, ménjemput Istrinya kembali, ” Istri Syau Etietsy, hilang diambil raja Panape. Sang suami membuat sebuah kendaraan yang dapat digunakan, untuk menjelajah seluruh dunia, kendaraan itu berupa burung, dan mulailah pengembaraannya, dari desa ke desa, dari sebuah kota ke kota lain, dan akhirnya bertemulah istrinya yang akan dijadikan permaisuri raja kota Panape, tapi ternyata sang istri masih setia kepada suaminya. Dan dengan mengendarai burung mereka kembali ke kampungnya. Dan hidup bahagia. Aku lebih berbahagia menjadi istri Syan Etietty yang setia, daripada menjadi permaisuri raja kota Panape. Demikian kata penutup cerita itu.
0 Response to "Putri Retno Emas 2 (Kajian Buku oleh Rusman Sutiasumarga)"
Post a Comment