Cerita ke enam, tentang gadis kecil bernama Elsa, yang patuh kepada ibunya dan rajin kerja, cerita ini sangat realistis, diberi judul: ”Ya Ibu segera Aku Kerjakan!“ Else gadis rajin, segala pekerjaan ia suka mengerjakannya, dan menjadi pembantu utama ibunya, tapi sebagai umumnya anak-anak yang masih suka bermain, ia tidak terlepas dari kelalaian yang tidak sengaja tapi sering mengakibatkan hal-hal yang serius. Elsa pada suatu hari telah membuat ibu dan ayahnya kecewa terlambat menutup meja, pada hal ayahnya membawa tamu untuk diajaknya makan bersama. Elsa telah tidak sengaja membuat adiknya sakit, karena si adik kecil itu terlalu banyak memasukkan garam ke mulutnya, yang lupa dibuang oleh Elsa hanya disisihkan ke bawah lemari, dengan maksud setelah selesai menjahit bantal-bantal jarum untuk hadiah temannya yang ulang tahun, akan diselesaikan. Elsa pun terpaksa akhirnya tidak ikut dengan saudara-saudaranya menonton pacuan kuda karena harus menyertai ibunya menunggu adik yang sakit karena kelalaiannya dan juga memang belum menghafal untuk ulangan besok ..... Demikianlah kekecewaan-kekecewaan Elsa dilukiskan oleh penulis hidup sekali, cerita ini langsung menunjukkan pendidikan rumah yang tinggi nilainya.
Karena perbuatan-perbuatan yang tidak disengaja, tapi mengakibatkan hal-hal yang tidak menyenangkan, akhirnya Elsa menangis di muka ibunya. Menangis menyatakan penyesalan. ”Ibu ..., saya mau, betul-betul 0, ibu, ibu, masih dapatkah ibu mencintai saya?” ...
Seorang ibu yang mendengarkan pengakuan ini tentu akan merasa terharu dan akan memaafkan kesalahan-kesalahan yang dibuat anaknya karena semata-mata, sang anak masih terlalu hijau.....
....Diletakkannya kepalanya di atas pangkuan ibunya dan menangislah Elsa, menangisi semuanya yang menekan dan menyesakkan dada ....
Dan mungkin karena realistislah, cerita ini mempunyai keharuan yang mengesan.
Cerita ketujuh berjudul ”Tukang Periuk Yang Gagah Berani ’. Cerita ini betul-betul bernafaskan dongeng yang bergaya humor, kita teringat akan kisah-kisah asli yang karena beruntung baik, tapi memang ada dasarnya, ialah kejujuran, sipelaku menjadi besar dan ternama, karena kebetulan-kebetulan yang menguntungkan si tukang periuk yang sederhana, tapi jujur ini, akhirnya mendapat kedudukan. Ia disangka sakti karena dapat menangkap bahkan mengendarai harimau, padahal harimau itu sedang kebingungan, apakah yang ada di punggungnya itu manusia yang lemah tapi banyak akal, atau si ”tiris” yang membuat manusia kebingungan? Dan demikian selanjutnya: ia diangkat jadi kepala perang, karena tak dapat mengendarai kuda ia diikatkan oleh istrinya. Dan karena tidak biasa, ia menghadap ke belakang. Dengan demikian ia menyerang musuh. Ketika hampir tempat musuh ia ketakutan, merangkul pohon cemara kecil yang ada di ninggir jalan, karena rupanya pohon baru di tanam maka tercabutlah dari tanah, dan ini dilihat oleh sepasukan laskar musuh, yang mengira bahwa si kepala-perang itu betul-betul gagah perkasa, lalu lari meninggalkan tempat berperang, dan ketika si kepala-perang datang, tempat musuh sudah kosong. Jadilah ia kepala-perang yang benar-benar dan diserahi memimpin laskar oleh raja.
”Untunglah,” demikian akhir cerita tersebut. ”Ia tidak pernah lagi duduk di atas kuda dan tidak seorang pun yang mengetahui, selain dari istrinya, dengan jalan apa ia dapat mengalahkan musuh seorang diri....
0 Response to "Putri Retno Emas 3 (Kajian Buku oleh Rusman Sutiasumarga) "
Post a Comment