Cerita kedelapan “Tujuh Pasang Sepatu Besi Dan Tiga Buah Tongkat, ” cerita dongeng yang penuh dengan peristiwa-peristiwa ajaib. Seorang gadis mendengar ajakan (suara gaib) supaya naik gunung. Mula-mula bimbang, tapi dengan tabah ia turutkan kehendak suara itu. Sampai di puncak gunung bertemu dengan seorang tua, yang membawanya ke tempat patung-patung di antaranya patung seorang anak raja. Orang tua itu berkata kalau si gadis dapat menghidupkan patung anak raja itu, kelak akan berbahagia. Tapi bagaimana caranya untuk dapat menghidupkan dia? Lalu dijawab: sang gadis harus mengembara menjelaja dunia, dengan memakai tujuh pasang sepatu berganti-ganti, sampai tak dapat digunakan lagi, dan tiga buah tongkat harus pula habis, karena tiap kali diketukkan ke tiap pintu. Maka mengem baralah gadis yang berani itu sampai menghabiskan tujuh pasang sepatu dan tiga buah tongkat. Dan terbukalah jalan untuk mengembalikan patung anak raja itu supaya kembali jadi manusia dan hiduplah dia berbahagia dengan putra raja itu, sehingga tak ada lagi yang lain yang diinginkannya di dunia ini .
Cerita kesembilan tentang ”Pengalaman Sampo Lappeli, yang ajaib”. Cerita ini terjadi di tanah Lap (Laplandia di bagian Finlandia), jauh sekali di Litara, di tanah-tanah yang selalu ditimbuni salju, hutan-hutan yang dihuni serigala liar dan yang paling ajaib tentang cerita-cerlita orang tua di sana kepada anak-anaknya perihal Raksasa Es, yang kejam. Dan Si Sampo pada suatu malam pernah dengan menunggangi seekor rusa yang kasihan kepadanya ikut dalam satu pesta-hutan di hadapan sang Raksasa Es, yang mengerikan itu. Tapi pada malamya itu ada semacam undang-undang yang tak tertulis tapi patuh ditaati oleh semua binatang penduduk hutan ialah: tidak boleh saling ganggu pada saat diadakan pesta itu (semalam suntuk), tapi apabila pesta sudah usai pada waktu fajar menyingsing, maka lepaslah perjanjian itu. Dan sebelum saat itu tiba dengan cekatan si Sampo pulang ditolong oleh seekor rusa emas, diantarkan ke rumahnya. Tapi hampir saja celaka, Sang Raksasa Es, menyusulnya dengan kecepatan seperti setan. Dan karena keburu tertolong oleh pendeta, dengan dalih manasranikan, Si Sampo tidak jadi mangsa Raksasa Es. Ketika Raksasa itu datang, sang pendeta berkata: ”Pergi dari rumah saya hai raja malam dan gelap! Engkau tak berhak lagi atas anak ini karena ia telah dinasranikan. Tuhan telah mengaruniai Sampo Lappeli, karena ia telah masuk agama Nasrani. “
(Membaca cerita ini terutama tentang adanya undang-undang tersendiri bagi penghuni hutan, kita akan ingat kepada cerita-cerita Kipling dalam kisah-kisah Mougli-nya yang menceritakan pula tentang adanya undang-undang rimba-raya antara binatang).
0 Response to "Putri Retno Emas 4 (Kajian Buku oleh Rusman Sutiasumarga) "
Post a Comment