PUTRI RENO EMAS, "judul buku yang diambil dari salah satu cerita terbaik dari kumpulan tersebut, sebab buku ini adalah kumpulan pilihan cerita-cerita klasik, yang sumbernya diambil dari cerita-cerita termasyhur dan beredar banyak di beberapa bagian dunia, dan dikhususkan untuk anak-anak.
Penyadur Magdani menghimpun cerita-cerita ini dari kumpulan N. Van Hichtum, penulis bacaan anak-anak dalam bahasa Belanda. Kumpulan ini berisi 11 cerita, semuanya mengandung didikan budi, yaitu mempertinggi kehalusan rasa di samping menanamkan keberanian, ketabahan dan keuletandalam memperjuangkan cita-cita.
Pekerjaan menyadur atau barangkali lebih tepat, “menterjemahkan dengan bebas”, yang dilakukan oleh Ny. Magdani, sangat memuaskan, bahasanya terpelihara, gayanya lancar dan sedap.
Meskipun ada beberapa cerita yang terlalu bersifat khayali, tapi unsur pendidikan tetap menonjol, dan inilah yang menjadi sebab utama, yang mendorong saya untuk membicarakan buku ini.
Saya mulai dengan ulasan serba-ringkas tiap cerita yang terdapat dalam buku ini.
Cerita pertama: ”Orang Arab dengan kudanya, ” menunjukkan ketabahan hati seorang dalam menghadapi kemiskinan. Seluruh kekayaannya hanya kuda seekor. Ia dapat menjual kudanya, apalagi telah ada yang menawar dengan tawaran baik, yaitu perwakilan negara Asing, tapi orang ini tak jadi menjual kudanya karena ia khawatir, kudanya itu akan disia-siakan, tidak dipelihara seperti dia memelihara. Ia tidak akan menjualnya, kalau hanya didasarkan karena hanya hendak mengisi perut-laparnya saja.
“Tidak kawanku yang setia,” kata orang Arab itu kepada kudanya. ”Tidak, aku tidak akan menjualmu, kita tidak akan bercerai. Tentu engkau akan disia-siakan dan tak akan mendapat kesenangan lagi. Tidak, aku tak dapat menjual engkau ...” Jadi dia tidak hanya memikirkan kesenangan dirinya saja tapi kesenangan kudanya pun dipikirkannya. Ia tidak egoistis.
Uang itu ditinggalkannya, ditungganginya kudanya dan dipacunya dengan kencang menuju padang pasir kembali .... Demikian akhir cerita tersebut.
Cerita kedua: ”Dua Pasang Sepatu. Melambangkan bahwa kebajikan yang dibuat atas diri seseorang akan mendapat imbalan kebaikan yang setimpal pula, seyogyanya anak-anak itu suka berbuat baik terhadap siapa saja, supaya mendapat pahala. Tuhan tidak melupakan kebaikan umatnya, meskipun kebaikan itu hanya sebesar zarah (sedikit sekali).
Cerita ketiga: ”Riwayat Yusuf Yang Jujur” mengisahkan tentang kejujuran seseorang, bagaimana dirintangi dan dialang oleh yang tidak setuju, pada akhirnya kejujuran itulah yang unggul.
Karena jujur dan lurus hati Yusuf akhirnya dapat karunia raja, dijadikan tempat kepercayaan baginda, maka terangkat pulalah keharuman lahiriyah, ia mendapat kedudukan baik di samping raja.
Balai Pustaka
0 Response to "Putri Retno Emas 1 (Kajian Buku oleh Rusman Sutiasumarga)"
Post a Comment