Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa

Standar Kompetensi
Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran

Kompetensi Dasar
Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa

Indikator Pencapaian Kompetensi
menentukan karakter tokoh dalam naskah secara lengkap 
memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat

Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran,siswa mampu:
menjelaskan karakter tokoh dengan benar.
melakukan olah vokal dengan baik.
memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat.

Materi Pokok
Bermain peran

Alokasi Waktu      
4x40 menit (2 kali pertemuan)

Metode Pembelajaran
    
Pemodelan 
Tanya jawab
Diskusi 
Demonstrasi

MATERI 

A. Pendahuluan 

Setelah  berlatih  menulis  naskah  drama,  pada  kesempatan  kali  ini  kamu akan  berlatih bermain  peran.  Agar  mampu  bermain  peran  dengan  baik, kamu harus  rajin  berlatih.  Hal-hal yang  harus  kamu  lakukan  untuk mempersiapkan  pertunjukan  drama,  antara  lain  sebagai berikut. 

1. Tulislah naskah sederhana (satu babak)! 
2. Bedahlah isi naskah dengan calon pemain! 
3. Lakukan casting untuk memilih pemain! 
4. Berlatihlah membaca, menghafal, dan berdialog sesuai dengan karakter tokoh! 
5. Berlatih gerak di atas panggung! 
6. Berlatihlah dari awal sampai akhir! 
7. Berlatihlah dengan kostum pentas! 
8. Berlatihlah dengan properti dan musik! 
9. Lakukanlah orientasi (penguasaan) panggung! 
10. Siap menggelar pertunjukan/pentas! 

B. Teknik Pemeranan

Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika bermaindrama. 

1. Penggunaan  bahasa,  baik  cara  pelafalan  maupun  intonasi,  harus relevan.  Logat  yang diucapkan hendaknya disesuaikan dengan asal suku atau daerah, usia, dan status sosial tokoh yang diperankan. 

2. Ekspresi tubuh dan mimik muka harus disesuaikan dengan dialog. 
3. Untuk lebih  menghidupkan  suasana  dan  menjadikan  dialog  lebih  wajar dan  alamiah,  para pemain dapat berimprovisasi di luar naskah. 
4, Melafalkan  dengan  baik tiap kalimat  yang  diucapkan  tokoh  drama,  dapat menggambarkan karakter tokoh serta konflik yang timbul di dalamnya. Oleh karena itu, seorang pemain drama harus  meresapi  isi  cerita.  Ia  perlu memerhatikan petunjuk  yang  dituliskan  pengarang (mengenai suasana dan gerak tokoh) serta kalimat-kalimat yang diucapkannya. Kalimat yang diucapkan harus  sesuai  dengan suasana  yang  dimaksud,  begitu  pun  gerak  yang dilakukannya. 

Kalian pernah memerankan tokoh tertentu dalam suatupementasan drama? Jika kalian 
akan  bermain  peran,  perhatikanlah  komponen-komponen dalam  bermain peran.  Komponenkomponen yang harus diperhatikan dalam bermain peran berdasarkan naskah adalah sebagai berikut: 

1. Penghayatan 
Penghayatan adalah pemahaman terhadap isi naskah drama yang akan dipentaskan yang terlihat pada ekspresi dan pemahaman karakter tokoh. Dalam bermain peran, pemahaman harus  dilakukan  terhadap  keseluruhan  teks, tidak  hanya  terbatas tokoh  yang  diperankan saja. Pemahaman terhadap tokoh yang diperankan tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya pemahaman terhadap  tokoh  yang  lain mengenai  latar  belakang  sosial  budaya  yang  ada dalam teks tersebut, dan tanggapan tokoh lain terhadap tokoh yang diperankan. 

2. Vokal 
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain peranmengenai vokal yaitu: 

a. Kejelasan ucapan 

Setiap  kata  atau  kalimat  yang  ada  dalam  teks  drama  yang  diekspresikan harus  dapat didengar  oleh  pendengar  atau  penonton  secara  jelas. Jelas tidaknya  suatu  ucapan tergantung  suara  yang  diucapkan.  Untuk  dapat menghasilkan  suara  yang  jelas  rajinlah mengadakan pelatihan olah vokal. 

b. Jeda 

Masalah jeda, kalian harus dapat mengatur secara tepat, artinya di manakah kalian boleh mengambil nafas dan berapa lama, karena jeda merupakan faktor yang penting supaya apa yang diucapkan sampai kepada pendengar/penonton. 

c. Ketahanan dan kelancaran 
Dalam  bermain  peran  diharapkan  seorang  tokoh/pemain memiliki ketahanan dan kelancaran  suara.  Seorang  tokoh  jangan  sampai  terjadi  intensitas suara  semakin berkurang, atau semakin lama semakin tidak lancar dalam berdialog. 

3. Penampilan 
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penampilan kita adalah: 

a. Teknik muncul 
Teknik muncul yakni cara yang harus ditempuh dalam memperlihatkan diri untuk pertama kalinya. 

b. Gerakan 
Gerakan  artinya  cara  mengekspresikan  tubuh  yang  disesuaikan  dengan dialog  yang diucapkan. 

c. Cara berpakaian 
Cara berpakaian sering disebut dengan kostum. Kostum harus disesuaikan benar dengan karakter tokoh sehingga kostum yang dipakai dapat lebih mencerminkan karakter tokoh. 

d. Pandangan mata 
Pandangan mata juga disesuaikan dengan karakter tokoh yang diperankan. 

e. Konsentrasi 
Konsentrasi  merupakan  pengelolaan  dari  yang  dapat  menentukan keberhasilan dalam mengekspresikan  drama,  karena  konsentrasi  berfungsi sebagai  pembalut  saat berekspresi. 

Pentaskan naskah drama di bawah ini dengan teman-teman kalian! 

Berikut ini naskah drama “Badai Sepanjang Malam” karya Max Arifin. 

BADAI SEPANJANG MALAM

Karya MAX ARIFIN

Para Pelaku:
1. Jamil, seorang guru SD di Klaulan,Lombok Selatan,berumur 24 tahun 
2. Saenah,istri Jamil berusia 23 tahun 
3. Kepala Desa,suara pada flashback 

Setting: 
Ruangan depan sebuah rumah desa pada malam hari.Di dinding ada lampu minyak menyala.Ada sebuah  meja  tulis  tua.  Diatasnya  ada  beberapa  buku besar.Kursi  tamu  dari  rotan  sudah  agak tua.Dekat dinding ada balai balai.Sebuah radio transistor juga nampak di atas meja. 

Suara: 
Suara jangkerik.suara burung malam.gonggongan anjing di kejauhan. Suara Adzan subuh. 

Musik: 
Sayup sayup terdengar lagu Asmaradahana,lewat suarasendu seruling 

Note: 
Kedua  suami  istri  memperlihatkan  pola  kehidupan  kota.dengan  kata  lain, mereka  berdua memang  berasal  dari  kota.  Tampak  pada  cara  dan  bahan pakaian  yang  mereka  kenakan  pada malam hari itu. Mereka juga memperlihatkan sebagai orang yang baik baik. Hanya idelisme yang menyala-nyala  yang menyebabkan  mereka  berada  di  desa  terpencil  itu.  01.  Begitu layar tersingkap,  nampak  Jamil  sedang  asyik  membaca.  Kakinya ditelusurkan  ke  atas  kursi  di depannya. Sekali-sekali ia memijitmijit keningnya dan membaca lagi. Kemudian ia mengangkat mukanya, memandang jauh ke depan, merenung dan kembali lagi pada bacaannya. Di kejauhan terdengar  salak  anjing  melengking  sedih.  Jangkerik  juga  menghiasi suasana  malam  itu.  Di kejauhan terdengar seruling pilu membawakan Asmaradahana. Jamil menyambar rokok di atas meja  dan  menyulutnya.  Asap berkepul  ke  atas.  Pada  saat  itu  istrinya  muncul  dari balik  pintu kamar. 

02. Saenah: 

Kau belum tidur juga? kukira sudah larut malam. Beristirahatlah, besok kan hari kerja? 

03. Jamil: 

Sebentar, Saenah. Seluruh tubuhku memang sudah lelah, tapi pikiranku masih saja mengambang ke sana kemari. Biasa, kan aku begini malam malam. 

04. Saenah: 

Baiklah, tapi apa boleh aku ketahui apa yang kaupikirkan malam ini? 

05. Jamil: 

Semuanya, semua apa yang kupikirkan selama ini sudah kurekam dalam buku harianku, Saenah. Perjalanan hidup seorang guru muda yang ditempatkandi suatu desa terpencil seperti Klulan ini kini merupakan lembaran-lembaran terbuka bagi semuaorang. 

06. Saenah: 

Kenapa kini baru kau beritahukan hal itu padaku? Kau seakan akan menyimpan suatu rahasia. Atau memang rahasia? 

07. Jamil: 

Sama sekali bukan rahasia, sayangku! Malammalam di  tempat terpencil seakan memanggil aku untuk  diajak  merenungkan  sesuatu.Dan  jika  aku  tak  bisa memenuhi  ajakannya  aku  akan mengalami semacam frustasi. Memang pernah sekali, suatu malam yang mencekam, ketika aku sudah tidur dengan nyenyak,  aku tiba pada suatu persimpangan jalan di mana aku tidak boleh memilih. Pasrah saja. Apa yang bisa kaulakukan di tempat yang sesunyi ini? (Dia menyambar buku hariannya yang terletak di atas meja dan membalik balikkannya)  Coba kaubaca catatanku tertanggal…(sambil masih membolak balik)..ini tanggal 2 oktober 1977. 

08. Saenah: 

(Membaca) “Sudah setahun aku bertugas di Klaulan. Suatu tempat yang terpacak tegak seperti karang  di  tengah  lautan,  sejak  desa  ini  tertera dalam  peta  bumi.  Dari  jauh  dia  angker,  tidak bersahabat:  panas  dan debu melecut  tubuh.Ia  kering  kerontang,  gersang.  Apakah  aku  akan menjadi bagian  dari  alam  yang  tidak  bersahabat  ini? Menjadi  penonton  yang diombangkanambingkan oleh…barang tontonannya. Setahun telah lewat dan selama itu manusia ditelan oleh alam”.  (Pause dan Saenah mengeluh; memandang sesaat pada Jamil sebelum membaca lagi). ”Aku  belum menemukan  kejantanan  di  sini.  Orang-orang  seperti  sulit  berbicara tentang hubungan  dirinya  dengan  alam.Sampai  di  mana  kebisuan  ini  bisa  diderita? Dan  apakah  akan diteruskan  oleh  generasi-generasi  yang  setiap  pagi kuhadapai?  Apakah  di  sini  tidak  dapat dikatakan adanya kekejaman.” (Saenah berhenti membaca dan langsung menatap pada Jamil)

09. Jamil: 

Kenapa kau berhenti? Jangan tatap aku seperti itu, Saenah. 

10. Saenah: 

Apakah tulisan ini tidak keterlaluan? Bisakah ditemukan kejujuran di dalamnya? 

11. Jamil: 

Kejujuran  kupertaruhkan  di  dalamnya,  Saenah.  Aku  bisa  mengatakan,  kita kadang-kadang dihinggapi  oleh  sikap-sikap  munafik  dalam  suatu  pergaulan hidup.  Ada  ikatan-ikatan  yang mengharuskan  kita  berkata  “Ya!”  terhadap apa  pun,  sekalipun  dalam  hati  kecil  kita berkata”Tidak”. Kejujuranku mendorong aku berkata,  ”Tidak”, karena aku melatih diri menjadi orang  yang setia  kepada  nuraninya.  Aku  juga  tahu,  masa  kini  yang  dicari  adalah orang  orang yang mau berkata ”Ya”. Yang berkata “Tidak” akan disisihkan. (Pause)  Memang sulit, Saenah. Tapi  itulah  hidup  yang  sebenarnya  terjadi. Kecuali  kalau  kita  mau  melihat  hidup  ini  indah  di luar,  bobrok  di  dalam. Itulah  masalahnya.  (Pause.  Suasana  itu  menjadi  hening  sekali. Di 
kejauhan terdengar salak anjing berkepanjangan)

12. Saenah: 

Aku tidak berpikir sampai ke sana. Pikiranku sederhana saja. Kau masih ingat tentunya, ketika kita  pertama  kali  tiba  di  sini,  ya  setahun  yang  lalu. Tekadmu  untuk  berdiri  di  depan  kelas, mengajar  generasi  muda  itu  agar menjadi  pandai.  Idealismemu  menyala-nyala.  Waktu  itu  kita disambut  oleh Kepala  Desa  dengan  pidato  selamat  datangnya.  (Saenah  lari  masuk. Jamil 
terkejut. Tetapi sekejap mata Saenah muncul sambil  membawa tape recorder!) Ini putarlah tape ini.  Kaurekam  peristiwa  itu.  (Saenah  memutar  tape  itu, kemudian  terdengarlah  suara  Kepala Desa)  “…Kami  ucapkan  selamat datang  kepada  Saudara  Jamil  dan  istri.  Inilah  tempat  kami. Kami harap saudara betah menjadi guru di sini. Untuk tempat saudara berlindung dari panas dan angin,  kami  telah  menyediakan  pondok  yang  barangkali  tidak terlalu  baik bagi  saudara.  Dan apabila Anda memandang bangunan SD yang cuma tiga kelas itu. 
Dindingnya telah robek, daun pintunya telah copot,  lemari-lemari sudah reyot, lonceng sekolah bekas  pacul  tua  yang  telah tak  terpakai  lagi.  Semunya, semuanya  menjadi  tantangan  bagi  kita bersama. Selain itu, kami perkenalkan dua orang guru lainnya yang sudah lima tahun bekerja di sini. Yang ini  adalah  Saudara  Sahli,  sedang  yang  berkaca  mata  itu  adalah  Saudara Hasan. Kedatangan Saudara ini akan memperkuat tekad kami untuk membina generasi muda di sini.Harapan  seperti  ini  menjadi  harapan  Saudara  Sahli dan  Saudara  Hasan  tentunya.”  (Saenah mematikan  tape.  Pause,  agak lama.  Jamil menunduk,sedang  Saenah  memandang  pada  Jamil. Pelan pelan Jamil mengangkat mukanya. Mereka berpandangan) 

13. Saenah: 

Semua bicara baik-baik saja waktu itu dan semuanya berjalan wajar. 

14. Jamil: 

Apakah ada yang tidak wajar pada diriku sekarang ini? 

15. Saenah: 

Kini aku yang bertanya: jujurkah pada nuranimu sendiri? Penilaian terakhir ada pada hatimu dan mampukah  kau  membuat  semacam  pengadilan  yang  tidak memihak  kepada  nuranimu  sendiri? Karena bukan mustahil sikap keras kepala yang berdiri di belakang semuanya itu. Terus terang dari hari ke hari kita seperti terdesak dalam masyarakat yang kecil ini. 

16. Jamil: 

Apakah  masih  harus  kukatakan  bahwa  aku  telah  berusaha  berbuat  jujur dalam  semua tindakanku? Kau menyalahkan aku karena aku terlalu banyak bilang ”Tidak” dalam setiap dialog dengan sekitarku. Tapi itulah hatiku yang ikhlas untuk ikut gerak langkah masyarakatku. Tidak, Saenah. Mental masyarakat seperti katamu itu tidak terbatas di desa saja, tapi juga berada di kota 

17. Saenah: 

Kau tidak memahami masyarakatmu. 

18. Jamil: 

Masyarakat itulah yang tidak memahami aku. 

19. Saenah: 

Siapa yang salah dalam hal ini. 

20. Jamil: 

Masyarakat. 

21. Saenah: 

Yang menang? 

22. Jamil: 

Aku 

23. Saenah: 

Lalu? 

24. Jamil: 

Aku mau pindah dari sini. (Pause. Lama sekali mereka berpandangan.)

25. Saenah: 

(Dengan suara rendah) Aku kira itu bukan suatu penyelesaian. 

26. Jamil: 

(Keras) Sementara memang itulah penyelesaiannya. 

27. Saenah: 

(Keras)  Tidak! Mesti ada sesuatu yang hilang antara kau dengan masyarakatmu. Selama ini kau membanggakan dirimu sebagai seorang idealis. Idealis sejati, malah. Apalah arti kata itu bila kau sendiri  tidak  bisa  dan  tidak mampu  bergaul  akrab  dengan  masyarakatmu.  (Pause)  (Lemah diucapkan) Aku terkenang masa  itu,  ketika  kau  membujuk  aku  agar  aku  mu  datang kemari (Flashback dengan  mengubah  warna  cahaya  pelan  pelan.  Memakai potentiometer.  Bisa  hijau muda atau warna lainnya yang agak kontras dengan warna semula. Musik sendu mengalun)

28. Jamil: 

Aku  mau  hidup  jauh  dari  kebisingan,  Saenah.  Aku  tertarik  dengan kehidupan  sunyi  di  desa, dengan penduduknya yang polos dan sederhana. Di sana aku ingin melihat manusia seutuhnya. Manusia  yang  belum  dipoles sikap sikap munafik  dan  pulasan  belaka.  Aku  harap  kau menyambut keinginanku ini dengan gembira, dan kita  bersama-sama ke sana. Di sana tenagaku lebih diperlukan daripada di kota. Dan tentu banyakyang dapat aku lakukan. 

29. Saenah: 

Sudah kaupikirkan baik baik? Perjuangan di sana berarti di luar jangkauan perhatian. ……………………………………….. 

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Mengapa bermain peran memerlukan naskah? 
2. Mengapa dialog tokoh cerita harus dihafal dan dimengerti maksudnya oleh pemeran tokoh? 
3. Apa tujuan berlatih gerak dan langkah pemain sebelum pentas? 
4. Mengapa sutradara perlu mendiskusikan isi naskahdengan calon pemain? 
5. Apa yang dimaksud dengan latihan proses dalam bermain drama? 

Peragakan dialog berikut dengan lafal, intonasi, dan karakter yang tepat!

Nenek  :  Maaf  Brenda,  Nenek  rasa,  Nenek  harus  mengambil  anakmu sekarang juga.  Bayi  itu harus segera mendapatkan perawatan dan nutrisi yang baik. 
Brenda : Tidak, Nek. Bayi itu tidak boleh dibawa pergi. Aku masih bisa merawatnya. 
Nenek : Tapi kau sakit, Brenda. 
Brenda : Berada di dekat anakku, aku merasa sangat sehat, Nek. 
Nenek  :  Brenda,  dengarkanlah  nasihat  nenekmu  kali  ini.  Lebih  baik  kau menerima  tawaran ibumu untuk segera mendapatkan perawatan di rumah sakit. Jangan keras kepala, Nak! 
Brenda : (menggeleng) 
Nenek : Jangan keras kepala, Brenda! 
Brenda : Nek, kata dokter, umurku hanya diperkirakan sekitar dua bulan lagi. Jika Tuhan benarbenar  menghendakiku  berpulang  dua  bulan  lagi,  dalam dua bulan  ini  aku  ingin  selalu  dekat dengan bayiku. Aku tidak mau hanya terbaring tidak berdaya di rumah sakit tanpa melihat wajah mungilnya. 


Tugas
1. Pilihlah salah satu naskah yang ditulis temanmu (naskah sendiri) bersama kelompokmu! 
2. Diskusikan isi naskah tersebut! 
3. Bagilah kelompokmu sesuai dengan jumlah tokoh cerita dalam naskah tersebut! 
4. Baca dan pahami maksud dialog tokoh yang kamu perankan! 
5. Tentukan gerak/langkah-langkah pemain dalam permainan! 
6. Perankan di depan kelas! 

EVALUASI
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
SMP : SMP
Kelas/Semester        : VIII /1

KD  6.1 Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa
Indikator Pencapaian Kompetensi

Siswa mampu:
menentukan karakter tokoh dalam naskah secara lengkap
memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat

Soal
Perhatikan naskah drama berikut, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyan berikut secara tepat.

SEBUAH RUANG
Ruangan bercahaya temaram dan berasap (Dominan back light). Back Sound Samar-samar terdengar lagu House musik. (Mungkin penonton akan mempunyai kesan bahwa ruang ini adalah bagian ruang lain dari sebuah diskotik.) 

Tiga orang berada di sana terlihat seperti bayangan. 
Seorang pria duduk di kursi memperhatikan selembar photo. Asap mengepul
dari rokok di dalam cangklongnya. Di depannya duduk Seorang laki-laki, dan seorang lagi berdiri tegak di belakangnya. Mereka hanya dibatasi sebuah meja.

01. Pria cangklong : Tipe begini banyak yang suka. Kapan bisa kau dapatkan dia?
02. Lelaki        : Tidak lama lagi, satu atau dua minggu sepertinya mungkin...
03. Pria Cangklong : Alah, waktu segitu terlalu lama! Tidak bisa lebih cepat?
04. Lelaki        : Aku usahakan secepatnya Boss...
05. Pria Cangklong : (mengangguk-angguk) Berapa umurnya?
06. Lelaki        : 16 tahun. Broken home... Jadi tidak terlalu susah untuk dikerjain kan?

Pria Cangklong tertawa.

07. Pria Cangklong : Usia yang tepat untuk disate...Lelaki tertawa.
08. Lelaki        : Beri aku waktu, Boss. Akan kuberi kabar baik secepatnya. Orangku sedang berusaha...
09. Pria Cangklong : Baiklah. Aku senang cara kerjamu. Kau tak mungkin mengecewakan aku kan? Aku harap jangan!
10. Lelaki : Tentu, Boss. Tentu! Tertawa. 

(Dikutip dari “Pengagum Bintang” karya Dadi Reza Pujiadi)

1.Tentukan karakter setiap tokoh yang terdapat dalam drama!
2.Perankanlah tokoh yang ada dalam naskah sesuai karakter dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat!



Sumber : 
Hariningsih,  Dwi  dkk,  2009,  Membuka  jendela  ilmu  pengetahuan  dengan bahasa  dan  sastra 
Indonesia 2: SMP/MTs Kelas VIII, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 
h. 50. 
(Sumber: buku Kumpulan Drama Remaja, editor A. Rumadi, PT Gramedia Jakarta,1988, hal. 5- 

Materi lengkap unduh di sini

Slide lengkap unduh di sini

0 Response to "Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa"