Dalam kehidupan ini kita senantiasa mengabil pelajaran contoh dan teladan dari orang sebelum kita...itu sebabnya Allah SWt mengabadikan kisah para rasul agar kita dapat mengambil pelajaran.
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman (Surat Hud ayat 20)
Umar bin Khatab bin Nufail bin Abdil Uzza dari suku Quraisy. Umar diteguhkan oleh Nabi SAW, suatu ketika Nabi SAW pernag berpesan, “Ikutilah dua orang setelahku, Abu Bakar dan Umar.”
Beberapa Keutamanan Umar bin Khatab ra
1. Beliau pernah diteguhkan oleh Nabi sebagai pengganti Nabi SAW bersama Abu Bakar
Sufyan ibn ‘Uyainah menyampaikan hadis kepada kami, dari Zâidah dari Abdul Malik ibn Umair dari Rib’iy dari Ibnu Khirâsy dari Hudzaifah, bahwa nabi saw. bersabda:
إقْتَدُوا بِاللَّذِيْنَ مِنْ بَعْدِيْ مِنْ أَصْحَابِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ.
Ikutilah dua orang setelahku; Abu Bakar dan Umar bin Khatab ra.
2. Beliau memiliki kebenaran lisan dan hari Umar menurut Rasulullah SAW
Pernah juga Nabi SAW berpesan, “Sesungguhnya Allah SWT menjadikan kebenaran pada lisan dan hati Umar bin Khatab ra. “
Bahkan sewaktu Umar melakukan ijtihad, terdapatlah 15 kesesuaian antara ijtihad Umar bin Khatab ra dengan wahyu Al-Qur’an. Inilah keistimewaan khususnya.
3. Beliaulah yang pertama kali mengajukan ide dakwah secara terang-terangan.
Ibnu Mas’ud menambahkan, “Masuknya Umar bin Khatab ra dalam Islam adalah pembukaan. Hijrahnya adalah kemenangan, kekuasaannya adalah rahmat. Sungguh kami menyadari diri kami sebelumnya tidak mampu melaksanakan shalat di Ka’bah hingga Umar masuk Islam. Ketika masuk Islam, ia memerangi mereka dan membiarkan kami shalat.
4. Keberanian dan pengabdian Umar bin Khatab ra sangat berpengaruh bagi perkembangan islam
Keberanian dan pengabdian Umar bin Khatab ra kepada Islam sebagai penduduk Makkah yang paling berpengaruh, menaikkan semangat juang kaum Muslimin lainnya. Keberanian Umar dalam memisahkan antara kebenaran dan kebathilan membuatnya dijuluki Al-Faruq, yang berarti pemisah antara kebenaran dan kebathilan.
5. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khatab ra adalah sahabat dan penasihat terdekat
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khatab ra adalah sahabat dan penasihat terdekat. Hal ini yang membuat Umar bin Khatab ra menjadi nominator terkuat untuk meneruskan kekhalifahan Abu Bakar. Maka, ketika Abu Bakar wafat, kaum Muslimin sepakat membai’at Umar bin Khatab ra sebagai khalifah baru.
6.Umar bin Khatab ra merupakan pemimpin dengan keahlian administrasi yang sangat baik.
Umar bin Khatab ra merupakan pemimpin dengan keahlian administrasi yang sangat baik, pemimpin politik, dan jenderal militer yang cerdas. Ketidakegoisan dan kekukuhannya dalam menegakkan kebenaran dan hak-hak rakyat, membuatnya dihargai dan memiliki posisi penting dalam sejarah.
7. Beliau Umar bin Khatab ra beserta pasukan Islam berhasil membentangkan kejayaan Islam dari Mesir, Syam, Irak, sampai kerajaan Persia
Di antara kontribusi Umar bin Khatab ra untuk Islam ialah ia beserta pasukan Islam berhasil membentangkan kejayaan Islam dari Mesir, Syam, Irak, sampai kerajaan Persia. Ia beserta para sahabat lainnya berhasil mengembangkan wilayah Islam. Ia berhasil membangun administrasi yang baik dalam pemerintahan Islam. Daulah Islamiyah menunjukkan adanya peningkatan perbaikan selama pemerintahannya.
8. Beliau Umar bin Khatab ra pertama yang mencetuskan ide tentang perlunya dilakukan pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an
Ia Umar bin Khatab ra orang pertama yang mencetuskan ide tentang perlunya dilakukan pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an. Ia dikenal sebagai sahabat yang berani melakukan ijtihad dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip musyawarah. Umar tidak mengharap dicintai oleh besar, orang kaya, bahkan kerabatnya. Ia juga tidak menganggap rendah anak kecil maupun orang fakir. Beliau juga mampu memadukan antara ilmu dan amal. Ia Umar bin Khatab ra melaksanakan kepemimpinan dan keadilan dalam batas yang tidak mampu dilakukan oleh para penguasa dan raja biasa. Di sisi lain, ia Umar bin Khatab ra mempunyai sifat zuhud dan kesabaran yang tidak dimiliki para raja bahkan orang-orang ahli zuhuh sekalipun.
Sebagai seorang khalifah, hidup sahabat Nabi yang dikenal juga dengan Abu Hafsh ini, benar-benar diabdikan untuk mencapai ridha Ilahi. Ia berjuang demi kepentingan rakyat, benar-benar memerhatikan kesejahteraan mereka. Di malam hari, ia sering melakukan investigasi untuk mengetahui keadaan rakyat jelata yang sebenarnya.
Keberhasilan Umar bin Khatab ra menjadi khalifah, ditandai juga oleh kesuksesannya memperluas wilayah Islam. Dengan alasan inilah Michael Hart menempatkan Umar bin Khatab ra pada urutan ke-51 dalam bukunya 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah.
Umar bin Khatab ra adalah khalifah terbesar menurut Michael Hart di dalam bukunya 100 Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah. Makanya Michael Hart, setelah menempatkan Nabi SAW pada posisi pertama, ialangsung memilih Umar pada posisi ke-51, jauh di atas Julius Caesar dan Charlemagne. Terbukti, hanya dalam waktu 10 tahun, Beliau berhasil memukul mundur Romawi dan Persia (dua adidaya saat itu), serta mengambil alih Syiria, Irak, Iran, Palestina, Turki, Mesir, dan Afrika Utara.
Sepeninggal Rasulullah, sebenarnya tidak sedikit sahabat yang cenderung memilih Umar bin Khatab ra sebagai pengganti. Umar itu berani, gagah perkasa, jujur, dan adil. Bahkan pada waktu tengah dibicarakan siapa yang pantas menjadi pemimpin setelah Nabi wafat, Abu Bakar ash-Shiddiq mendekati Umar bin Khatab ra dan mengulurkan tangannya seraya berkata, “Berikan tanganmu, hai sahabatku.
Kami akan membaiatmu sebagai khalifah pengganti Rasulullah. ”Umar bin Khatab ra menyodorkan tangannya. Tetapi untuk menyanggah. “Tidak,” ujarnya. “Akulah yang akan mengambil tanganmu. Sebab engkaulah yang akan kami baiat.”
“Engkau lebih baik dan lebih kuat dariku, Umar bin Khatab ra,” kilah Abu Bakar.
“Kebaikan dan kekuatanku akan menyertaimu sebagai pemimpin kami,” jawab Umar.
Maka para sahabat pun serempak menyetujui pendapat Umar bin Khatab ra untuk membait Abu Bakar menjadi Khalifah.
Beberapa Kisah yang dapat kita ambil pelajaran yaitu
1. Kisah Masuk Islam Umar bin Khatab ra
Umar bin Khatab ra terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap. Sering kali pada awalnya (sebelum masuk Islam) kaum muslimin mendapatkan perlakukan kasar darinya. Sebenarnya di dalam hati Umar sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan dan mabuk-mabukan dengan kekagumannya terhadap ketabahan kaum muslimin serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik.
Sampailah kemudian suatu hari, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah SAW. Namun di tengah jalan, beliau dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya bertanya:
“Hendak kemana engkau ya Umar bin Khatab ra?”,“Aku hendak membunuh Muhammad”, jawabnya.
Membunuh Muhammad? Yang benar ya Umar? Apakah engkau tidak malu ya Umar, engkau hendak membunuh Muhammad sedangkan saudara perempuanmu dan suaminya telah mengikutinya’. Kata Abdullah.
Setelah mendengar hal tersebut Umar yang sudah marah semakin geram, Umar langsung menuju ke rumah adiknya.
Saat itu di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Arat yang sedang mengajarkan al-Quran kepada keduanya (Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya).
Sampainya di rumah Umar mengetuk pintu.
“siapa di luar?
“Umar”
Mendengar suaranya saja sahabat yang bernama Khabbab bin Arat sudah berlari ke belakang.
Adapun Fatimah yang sedang memegang lembaran suhuf, langusung menyembunyikan lembaran suhur tersebut.
"Fatimah apakah benar kamu sudah masuk islam" tanya Umar
"Bang andaikata Muhammad benar? bagaima?" jawab Fatimah
"Sudah jawab saja?" Umar
"Iya Bang" jawab Fatimah
Mendengar jawaban Fatimah tangannya langsung melayang menampar muka adiknya hingga megberdarah. Melihat istrinya, suami Said bin Zaid Fatimah berusaha melindungi istrinya tetapi di pegang lehernya, dibanting lalu diduduki dadanya oleh Umar.
Fatimah berkata
Umar apakah engkau memukul orang yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Muhammad SAW Rasul-Nya dan mengikuti kebenaran menerima hidayah dari Allah SWT.
Mendengar itu Umar tercengang, meskipun beliau orang keras tetapi hatinya lembut mudah menerima kebenaran.
Lalu dia meminta lembaran al-Quran tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca : Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”
Kemudian beliau terus membaca :
طه (١) مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (٢) إِلا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى (٣)
Terjemah Surat Thaha Ayat 1-3
1.Thaahaa
2. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah
3. Melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),
Sampai ayat 14
إنني أنا الله لا إله إلا أنا فاعبدني وأقم الصلاة لذكري
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
(QS. Thaha : 14)
Beliau berkata :
Gemetar tangan Umar...ah ini mah tidak main-main“Betapa indah dan mulianya ucapan ini.
“Tunjukkan padaku di mana Muhammad”. Kata Umar
“Tidak? Saya tidak akan memberitahu kepadamu”‘ jawab Fatimah
“Di mana Muhammad ? “tanya Umar
“Saya tidak akan meberitahumu, lebih baik kamu bunuh saya” jawab Fatimah
“Tidak saya tidak akan membunuhnya” Jawab Umar
“Darul Arqom” Jawab Fatimah
Umar bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya. Tiba di sana dia mengetuk pintu. Seseorang yang ber-ada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beritahu Rasulullah SAW, dan merekapun berkumpul. Hamzah bertanya:
“Ada apa ?”.
“Umar” Jawab mereka.
“Umar ?!, bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.
Rasulullah SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata :
“Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah ?, Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”.
Maka berkatalah Umar :
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah .
Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram.
Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin.
Pelajaran penting dari kisah di atas
1. Pentingnya Hidayah
Jadi sebesar apapun orang itu mengetahui ilmu tetapi jika belum ada hidayah maka sulit menerima kebenaran tetapi sebaliknya. Untuk itu bagi kita yang sudah memperoleh hidayah maka sudah seyogyanya terus menjaga melalui sunan Nabi SAW.
2. Khusnuzhon kepada siapa saja bahkan kepada orang yang kurang baik perilakunya
Al habib Ali bin Muhammad al Habsyi berkata “ setiap orang itu pasti baik, jika orang itu belum baik, pasti dia akan menjadi baik.
3. Beliau sangat mencintai Islam dan Nabi Muhammad SAW
2. Kisah Gubernur Amr bin Ash yang telah menggusur tanah seorang Yahudi
Umar juga pernah menegur keras bawahannya, Amr bin Ash yang telah menggusur tanah seorang Yahudi.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab r.a., ada Gubernur Mesir yang bernama Amr bin ‘Ash dan dia berniat untuk membangun sebuah masjid di samping istananya yang megah itu. Namun keinginannya itu terbentur dengan adanya lahan atau rumah yang harus digusur, dan rumah tersebut ternyata dimiliki oleh seorang Yahudi tua.
Gubernur Amr bin ‘Ash lalu memanggil orang Yahudi itu dan meminta agar dia mau menjual tanahnya. Akan tetapi orang Yahudi itu tidak berniat untuk menjual tanahnya. Kemudian gubernur Amr bin ‘Ash memberikan penawaran yang cukup tinggi dengan harga lima belas kali lipat dari harga pasaran, tetapi tetap saja orang Yahudi itu menolak untuk menjual tanahnya.
Gubernur Amr bin ‘Ash kesal dan akhirnya karena berbagai cara telah dilakukan dan hasilnya buntu, maka sang gubernur pun menggunakan kekuasaannya dengan memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan surat pembongkaran dan akan menggusur paksa lahan tersebut. Sementara si Yahudi tua itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan kemudian dia berniat untuk mengadukan kesewenang-wenangan gubernur Mesir itu pada Khalifah Umar bin Khattab.
Akhirnya orang Yahudi itu pergi ke Madinah untuk mengadu kepada Khalifah Umar bin Khattab, walaupun dengan menempuh perjalanan yang cukup panjang. Begitu tiba di Madinah, orang Yahudi itu merasa takjub, karena Khalifah Umar bin Khattab tidak memiliki istana yang megah seperti istananya Amr bin ‘Ash dan bahkan dia diterima Khalifah Umar bin Khattab hanya di halaman Masjid Nabawi di bawah naungan pohon kurma. Selain itu penampilan Khalifah Umar bin Khattab amat sederhana untuk ukuran pemimpin yang memiliki kekuasaan begitu luas.
“Ada keperluan apa kakek datang ke sini, jauh-jauh dari Mesir?” tanya Umar bin Khattab.
Setelah mengatur detak jantungnya karena berhadapan dengan seorang khalifah yang tinggi besar dan penuh wibawa, si kakek itu mengadukan kasusnya. Dia bercerita pula tentang bagaimana perjuangannya untuk memiliki rumah itu, di mana dia sejak muda bekerja keras sehingga dapat membeli sebidang tanah dan membuat gubuk di atas tanah tersebut.
“Akan tetapi, wahai Khalifah Umar, sungguh sangat menyedihkan. Harta satu-satunya yang aku miliki sekarang telah sirna, karena telah dirampas oleh Gubernur Amr bin ‘Ash”, kata orang Yahudi itu tanpa rasa takut.
Laporan tersebut membuat Khalifah Umar bin Khattab marah dan wajahnya menjadi merah padam. Setelah amarahnya mereda, kemudian orang Yahudi itu diminta untuk mengambil tulang belikat unta dari tempat sampah, lalu diserahkannya tulang itu kepada Khalifah Umar bin Khattab.
Khalifah Umar bin Khattab kemudian menggores tulang tersebut dengan huruf alif yang lurus dari atas ke bawah dan di tengah goresan itu ada lagi goresan melintang menggunakan ujung pedang, lalu tulang itu pun diserahkan kembali kepada orang Yahudi tersebut sambil berpesan: “Bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir dan berikanlah kepada Gubernur Amr bin ‘Ash”, jelas Khalifah Umar bin Khattab.
Si Yahudi itu kebingungan ketika diminta untuk membawa tulang yang telah digores dan memberikannya kepada Gubernur Amr bin ‘Ash. Gubernur Amr bin ‘Ash yang menerima tulang tersebut, langsung tubuhnya menggigil kedinginan serta wajahnya pucat pasi. Saat itu juga Gubernur Amr bin ‘Ash mengumpulkan rakyatnya untuk membongkar kembali masjid yang sedang dibangun dan membangun kembali gubuk yang reot milik orang Yahudi itu.
“Bongkar masjid itu!”, teriak Gubernur Amr bin Ash gemetar.
Orang Yahudi itu merasa heran dan tidak mengerti tingkah laku Gubernur. “Tunggu!” teriak orang Yahudi itu.
“Maaf Tuan, tolong jelaskan perkara pelik ini. Berasal dari apakah tulang itu? Apa keistimewaan tulang itu, sehingga Tuan berani memutuskan untuk membongkar begitu saja bangunan yang amat mahal ini. Sungguh saya tidak mengerti!”, kata orang Yahudi itu lagi.
Gubernur Amr bin Ash memegang pundak orang Yahudi itu sambil berkata: “Wahai kakek, tulang ini hanyalah tulang biasa dan baunya pun busuk.”
“Mengapa ini bisa terjadi. Aku hanya mencari keadilan di Madinah dan hanya mendapat sebongkah tulang yang busuk. Mengapa dari benda busuk tersebut itu gubernur menjadi ketakutan?” kata orang Yahudi itu.
“Tulang ini merupakan peringatan keras terhadap diriku dan tulang ini merupakan ancaman dari Khalifah Umar bin Khattab. Artinya, apa pun pangkat dan kekuasaanmu suatu saat kamu akan bernasib sama seperti tulang ini, karena itu bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus. Adil di atas dan adil di bawah. Sebab kalau kamu tidak bertindak adil dan lurus seperti goresan tulang ini, maka Khalifah tidak segan-segan untuk memenggal kepala saya”, jelas Gubernur Amr bin ‘Ash.
Orang Yahudi itu tunduk terharu dan terkesan dengan keadilan dalam Islam.
“Sungguh agung ajaran agama Tuan. Sungguh aku rela menyerahkan tanah dan gubuk itu. Bimbinglah aku dalam memahami ajaran Islam!”.
Akhirnya orang Yahudi itu mengikhlaskan tanahnya untuk pembangunan masjid dan dia sendiri langsung masuk agama Islam.
Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa islam harus adil. Meskipun berbeda agama dan kayakinan.
Baca Juga
Kisah Khalifah Umar Memanggul Sendiri Gandum untuk Rakyatnya yang Kelaparan
0 Response to "Meneladani Sayidina Umar bin Khatab ra"
Post a Comment