Menulis laporan perjalanan


Standar Kompetensi  
Mengungkapkan Informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, dan petunjuk

Kompetensi Dasar
Menulis Laporan

Indikator
Mampu menyusun kerangka laporan berdasarkan urutan ruang, waktu, atau tema
Mampu mengembangkan kerangka laporan dengan bahasa yang baik dan benar

Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca contoh laporan, siswa mampu:
Menulis kerangka laporan
Mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa baku

Materi Pokok
Menulis laporan perjalanan

Materi Menulis Laporan 
Penulisan sebuah laporan dapat menggunakan model atau bentuk penulisan naratif (cerita),deskriptif (penggambaran), dan ekspositif (penguraian). Laporan dapat disampaikan dalam bentuk  tertulis  maupun  secara  lisan  (dibacakan).Apakah  kalian pernah  menulis  laporan suatu peristiwa? 

Apakah pembaca memahami apa yang kalian tulis? Menulis laporan berarti menyampaikan suatu  keterangan  mengenai  peristiwa  atau  hal  kepada pihak  lain.Dalam  memberikan keterangan kepada pembaca, maka dalam penulisan laporan perlu memperhatikan hal-hal berikut. 

  1. Mengungkapkan keterangan secara lengkap. 
  2. Objektif, apa adanya. 
  3. Tidak memasukkan unsur pendapat pribadi. 
  4. Menggunakan bahasa komunikatif, lugas, dan santun. 
  5. Disajikan secara sistematis berdasarkan urutan peristiwa

Perhatikan salah satu contoh laporan berikut! 

Laporan Penelitian Siswi SMA Negeri 1 Amlapura Bali

Musik Genggong Makin Jauh 
Musik genggong di daerah Karangasem, khususnya di Desa Budakeling, Kecamatan bebandem, Bali, telah berkembang ratusan tahun lalu.Musik ini mempunyai kualitas seni yang tinggi, bersifat sakral, dan dapat memberi kesejukan bagipendengarnya. Sayangnya,dalam pengamatan Ida Nyoman Basmantra, jenis musik  ini hampir mengalami kepunahan. Kondisi  itu  mendorong  siswa  Sekolah  Menengah  Atas (SMA) Negeri 1 Amlapura,Bali tersebut,untuk melakukan penelitian. Melalui penelitian itu, dia ingin mengetahui asal usul timbulnya  musik  genggong  dan  mengapa tampak mulai punah? Nyoman  juga  ingin mengetahui  adakah  usaha  masyarakat  Budakeling maupun pemerintah  untuk melestarikannya? 

Hasil  penelitian  Nyoman  ini  termasuk  salah  satu  finalis  Lomba Penelitian ilmiah Remaja (LPIR) 2004 yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Dalam melakukan  penelitian,Nyoman terjun langsung mengamati objek yang  diteliti  di  Desa Budakeling  dan  Desa  Jungsri.Nyoman juga mewawancarai  sejumlah  tokoh  masyarakat setempat. Selain itu, ia pun mengumpulkan sejumlah  bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Berdasarkan penelusurantersebut, Nyoman mengetahui bahwa genggong  adalah  seni  musik perpaduan  antara  getaran dawai  yang  berasal  dari  pelepah pohon enau dan reng dari mulut pemainnya. Perpaduantersebut menghasilkan bunyi atau nada  yang  dikehendaki.  Alat  musik  ini  diilhami  oleh bunyi  kodok  sawah  yang  disebut enggung. 

Musik genggong merupakan salah satu alat musik yangsangat populer zaman dulu.Musik ini sangat diminati dan disenangi banyak orang. Alat musik ini sudah ada dari dulu dan tidak jelas asal usul maupun sejarahnya. Munculnya musik ini diperkirakan bersamaan dengan seni  tari  gambuh  yang  juga  tidak  diketahui  asal  usulnya.  Genggong  terkenal  di kalangan  masyarakat  Bali,khususnya di Karangasem.  Genggong  berkembang  ke Budakeling  karena  zaman  dulu  seniman  genggong  terkenal  dari  daerah  ini. Keberanian mementaskan musik ini ke berbagai desa ditambah kepiawaian memainkannya menjadikan Budakeling  terkenal  dengan  genggongnya.  Ketenaran  seniman  genggong  Budakeling menyebabkan banyak kalangan masyarakat sekitar ingin mempelajari. Namun, pada tahun 1963, terjadi  bencana  alam  besar  di  Karangasem,  yaitu  meletusnya  Gunung Agung.Peristiwa  itu  membuat  seniman  musik  genggong  tidak  lagi  memikirkan musik  ini.Bagi mereka,yang penting menyelamatkan diri dari muntahan lahar Gunung Agung. “Inilah yang menyebabkan banyak seniman genggong tidak serius lagi menggeluti kesenian ini,” tutur Ida Nyoman  Basmantra.Kini,  seniman  musik  genggong  Budakeling tinggal seorang, namanya Ida Wayan Padang,86 tahun.

Menurut cerita, sejak zaman dulu musik ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan 
sosial kemasyarakatan. Selain untuk bersenang-senang atau mengisi waktu luang, kesenian ini  juga  sering  dipentaskan  dan  mendapat  undangan  dari masyarakat  yang mengadakan upacara. Dahulu,  grup  musik  genggong Budakeling  sering  mengiringi  kesenian  tari tradisional gambuh sebagai pelengkap.Musik genggongberbeda dengan musik lain. Musik lain  biasanya  ruang  resonansinya  dipadukan  dengan  benda  lain  agar  dapat menimbulkan bunyi. Pada  musik genggong  tidak,  karena  pelawah  atau  ruang resonansinya  haruslah menggunakan mulut pemain. Untuk memperoleh bunyi, hanya memerlukan pengatur suara dari napas. Suara atau bunyi yang dihasilkan pun sangat menarik karena menyerupai suara sejenis katak sawah atau enggung.

Satu-satunya  grup musik genggong yang masih lestari di Kecamatan Karangasem ada di Dusun Jungsri,Kecamatan Bebandem.Grup musik genggong ini dapat bertahan karena adanya  kesenian  Drama Tari Gambuh  dan  Aci  di Pura  Saren  Kangin. Kedua kesenian tersebut  harus memerlukan  musik  gambuh  sebagai  pengiring  tari maupun pelengkap upacara. Hanya  anggota  grup  musik  ini  sebagian  besar sudah lanjut usia. Berdasarkan serangkaian  penelitian  itu,  Nyoman  menyimpulkan bahwa sampai saat ini belum jelas asal usul musik enggong. Musik genggong tergolong  musik  yang  sulit dimainkan. Minat dan bakat yang tinggi merupakan faktor utama untuk dapat mempelajari dan  memainkan alat  musik  ini. Kurangnya minat mempelajari musik genggong menjadi penyebab kepunahannya.  Padahal,musik genggong merupakan salah satu akar budaya bangsa Indonesia.karena itu, dia  menyarankan  semua pihak  yang  terkait  dengan pelestarian musik  genggong untuk secepatnya mengambil inisiatif atau tindakan supaya musik ini tidak mengalami kepunahan. Untuk itu, katanya, perlu diadakan pelatihan atau 
penyuluhan tentang pentingnya warisan leluhur atau budaya tradisional Bali seperti genggong. (Sumber: www.republika.co.id, Jumat, 12 November 2004, dengan pengubahan). 

Jika  sebuah  laporan  disajikan  dalam  bentuk  karya  ilmiah,  maka  laporan  tersebut harus memenuhi persyaratan karya ilmiah, misalnya harus menggunakan bahasa yang baku dan bentuk  standar  penulisan  ilmiah.  Struktur  penulisan karya  ilmiah  biasanya meliputi hal berikut. 

  1. Judul 
  2. Nama kegiatan 
  3. Latar belakang 
  4. Tujuan pengamatan 
  5. Waktu pelaksanaan 
  6. Tempat/lokasi pengamatan 
  7. Metode yang digunakan 
  8. Hasil 
  9. Penutup (kesimpulan dan saran) 

Dari unsur-unsur tersebut, tidak menutup kemungkinan adanya unsur lain, seperti kendala-kendala kegiatan, pendanaan, dan lain-lain. Dalam penulisan laporan, unsur-unsur di atas dapat dijadikan sebagai kerangka laporan sebelum dikembangkan menjadi sebuah laporan yang utuh, yang dapat kalian tulis seperti berikut.

1.Judul 
2.Nama Kegiatan 
– Penelitian 
3. Latar Belakang 
–  Musik genggong yang berkembang di daerah Karangasem,khususnya di Desa 
Budakeling,Kecamatan Bebandem, Bali, hampir mengalami kepunahan. 
4. Tujuan Penelitian 
–  Mengetahui asal usul timbulnya musik genggong,alasantampak mulai punah,dan 
usaha masyarakat Budakeling maupun pemerintah untukmelestarikannya. 
5. Tempat/Lokasi Penelitian 
– Di Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Bali.
6. Metode yang Digunakan 
– Wawancara 
7. Hasil 
– Perincian 
8. Penutup

B. Latihan 
1.  Berdasarkan  contoh  laporan,  buatlah  kerangka  laporan  dengan  menggunakan  pola 
urutan yang benar! 
Jawaban
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..................................................................................................................................... 
2.  Kembangkanlah  kerangka  laporan  yang  sudah  kalian  buat  menjadi  laporan  utuh 
dengan menggunakan bahasa Inddonesia yang baik dan benar! 
Jawaban:
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..................................................................................................................................... 




0 Response to "Menulis laporan perjalanan"