Mengidentifikasi Karakter Tokoh Novel Remaja (Asli atau Terjemahan)

 

Mengidentifikasi Karakter Tokoh Novel
Remaja (Asli atau Terjemahan)

Sebagaimana telah dikemukakan pada pembelajaran sebelumnya, novel sebagai salah satu karya sastra memiliki unsur-unsur yang membangun, baik dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik). Tentu kalian masih mengingatnya, bukan? Coba kalian buka kembali mengenai unsur intrinsik sebuah karya sastra. Dari unsur intrinsik tersebut, kita dapat membedah sebuah karya sastra, sehingga kita tahu secara lebih mendalam mengenai karya tersebut.
Berkenaan dengan karakter tokoh yang terdapat pada novel, kalian dapat mengidentifikasikannya jika kalian membaca novel secara utuh dan lengkap. Selain itu, kalian juga dapat memahami unsur-unsur intrinsik yang ada.
Simaklah kutipan novel berikut dengan saksama untuk melatih kemampuan kalian mengidentifikasikan karakter tokoh dalam novel!

Stasiun Kereta
Mereka turun dari kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama menggandeng Tottochan melewati pintu pemeriksaan karcis. Totto-chan yang jarang sekali naik kereta, enggan mengulurkan karcisnya yang berharga. Ia memegangi karcisnya erat-erat. “Bolehkah aku menyimpannya?” Tottochan bertanya kepada petugas pengumpul karcis. “Tidak boleh,” jawab petugas itu sambil mengambil karcis dari tangannya. Totto-chan menunjuk kotak yang penuh dengan karcis. “Itu semua punyamu?” “Bukan, itu milik stasiun kereta,” jawab petugas itu sambil mengambil karcis dari orang-orang yang keluar stasiun. “Oh.” Totto-chan memandang kotak itu dengan penuh minat, lalu melanjutkan, “Kalau sudah besar, aku mau jadi penjual karcis kereta!” Petugas pengumpul karcis itu memandangnya untuk pertama kali. “Anak laki-lakiku juga ingin bekerja di stasiun kereta. Mungkin nanti kalian bisa bekerja samasama.” Totto-chan bergeser, menjauh selangkah agar bisa memandang si petugas pengumpul karcis. Laki-laki itu bertubuh gemuk, berkacamata, dan kelihatannya berhati baik. “Hmm.” Totto - chan berkacak pinggang dan mempertimbangkan gagasan itu dengan sungguh-sungguh. “Aku tak keberatan bekerja dengan anakmu,” katanya. “Aku akan memikirkannya. Tapi sekarang aku sedang sibuk karena aku mau pergi ke sekolahku yang baru.” Ia lari ke tempat Mama menunggu sambil berteriak, “Aku ingin jadi penjual karcis!” Mama tidak kaget. Dia hanya berkata, “Kukira kau ingin jadi mata-mata.” Berjalan sambil memegangi tangan Mama, Totto-chan ingat, sampai kemarin dia masih yakin ingin menjadi mata-mata. Tapi asyik juga kalau harus mengurusi sekotak penuh karcis kereta. “Aku tahu!” Gagasan hebat terlintas di kepalanya. Dia menengadah memandang Mama, lalu berteriak keras-keras, “Bukankah aku bisa jadi penjual karcis yang sebenarnya mata-mata?” Mama tidak menjawab. Wajah cantiknya yang ditudungi topi felt berhiaskan bunga-bungaan mungil tampak serius. Sebenarnya Mama sangat cemas. Bagaimana kalau sekolah baru itu tidak mau menerima Totto-chan? Dia memandang Totto-chan yang melompat-lompat sepanjang jalan sambil berbicara pada dirinya sendiri. Totto-chan tidak tahu Mama merasa khawatir. Jadi ketika mata mereka bersitatap, dia berkata riang, “Aku berubah pikiran. Aku akan bergabung dengan kelompok pemusik jalanan yang selalu berkeliling sambil mengiklankan toko-toko baru!” Suara Mama terdengar putus asa ketika berkata, “Ayo cepat! Kita bisa terlambat. Kita tidak boleh membuat Kepala Sekolah menunggu. Jangan ceriwis. Perhatikan jalanmu dan berjalanlah dengan benar.” Di depan mereka, di kejauhan, gerbang sebuah sekolah kecil mulai kelihatan. (Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela, Tetsuko Kuroyanagi)

Dalam memahami karakter tokoh dari sebuah novel yang diperdengarkan atau kalian simak, kalian tentu harus dapat menyimak dengan baik. Dalam hal ini, kalian harus benar-benar dapat menangkap isi cerita secara kronologis, detail, dan lengkap, terutama pada bagian-bagian yang berkaitan dengan penokohan.
Pada dasarnya, dalam sebuah novel terdapat beberapa karakter tokoh, yaitu:

  1. karakter yang berkaitan dengan posisi; tokoh utama, pembantu, tokoh biasa;
  2. karakter yang berkaitan dengan sifat; lembut, kasar, pemarah, sabar, gegabah, dan lain-lain;
  3. karakter yang berkaitan dengan peran: antagonis, protagonis, dan netral.

Berkenaan dengan novel di atas, judul asli novel tersebut adalah Totto-chan: The Little Girl at the Window, yang dialihbahasakan oleh Widya Kirana menjadi Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela. Berdasarkan kutipan novel di atas dapat diberikan beberapa simpulan berkaitan dengan karakter tokoh yang ada. Secara implisit (tersirat atau tidak dikemukakan langsung pada bacaan), karakter tokoh dalam kutipan novel tersebut sebagai berikut.

  1. Totto-chan: seorang bocah yang aktif, cerdas, ingin banyak tahu, memiliki keinginan-keinginan pada hal-hal yang dianggap menarik, serta sayang terhadap barang atau benda yang dianggapnya berharga. Hal-hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan pada paragraf pertama, paragraf 14, dan lainnya.
  2. Mama: seorang yang cantik, terlalu mudah khawatir, perhatian, dan sedikit mudah putus asa. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa paragraf menjelang akhir kutipan.
  3. Tukang karcis: tegas dan perhatian, gemuk, berkacamata, serta baik hati. Hal tersebut dapat dilihat pada awal cerita dan pada paragraf 8.

Simaklah petikan novel berikut dengan cermat dan saksama!

Malam itu latihan dilakukan di Playhouse. Latihan terakhir sebelum pementasan pertama, dan masih banyak yang harus kami kerjakan. Sepulang sekolah, siswa laki-Iaki di kelas drama harus membawa semua properti panggung dari ruang kelas ke truk sewaan untuk diangkut ke Playhouse. Masalahnya adalah siswa laki-Iakinya hanya aku dan Eddie, dan Eddie bukanlah orang yang indraindranya terkoordinir dengan baik. Kami harus melewati sebuah pintu, menggotong barang berat, dan postur Hoovillenya menjadi kendala. Pada setiap saat yang kritis ketika aku betul-betul memerlukan bantuannya untuk menahan beban, ia akan tersandung debu atau seekor serangga di lantai, sehingga latar properti panggung itu akan ditimpakan pada jari-jariku, yang kemudian akan terjepit di kusen pintu dengan cara yang amat menyakitkan. “S-s-sori,” kata Eddie. “Sakit ... ya?” Jawabku dengan sengit, “Pokoknya jangan lakukan itu lagi.” Namun, Eddie tidak bisa mencegah dirinya untuk tidak tersandung-sandung lagi, sama seperti halnya ia tidak mampu mencegah turunnya hujan. Pada saat kami selesai membongkar pasang semuanya, jemariku tampak seperti jemari Toby, si tukang serabutan. Bagian terburuknya adalah, aku bahkan tidak sempat makan sebelum latihan dimulai. Memindah-mindahkan properti panggung itu telah menghabiskan waktu tiga jam, dan kami baru selesai memasangnya kembali beberapa menit sebelum yang lain tiba untuk mulai latihan. Dengan semua kejadian yang berlangsung, hari itu, boleh dikatakan suasana hatiku betulbetul tidak baik. Aku mengucapkan dialog-dialogku tanpa
konsentrasi, dan Miss Garber tidak sekali pun mengucapkan kata luar biasa sepanjang malam. Matanya menunjukkan keprihatinan, namun Jamie hanya tersenyum dan mengatakan padanya agar tidak khawatir, dan semuanya akan baik-baik saja. Aku tahu Jamie cuma ingin mempermudah keadaan, tapi aku menolaknya ketika ia memintaku mengantarnya pulang. Playhouse terletak di tengah-tengah kota, dan aku harus berjalan ke arah yang berbeda
dengan arah rumahku untuk mengantarnya pulang. Selain itu, aku tidak ingin terlihat mengantarnya pulang lagi. Namun Miss Garber kebetulan mendengar pembicaraan kami dan berkata dengan nada tegas, bahwa aku akan menemaninya dengan senang hati. “Kalian berdua bisa mengobrol tentang pementasan itu,” ujarnya. “Mungkin kalian bisa melatih bagian-bagian yang masih kaku.” Tentu saja, yang dimaksud kaku di sini adalah aku. Jadi sekali lagi aku mengantar Jamie pulang, tapi ia pasti tahu bahwa aku sedang tidak ingin berbicara karena aku melangkah sedikit lebih jauh di depannya. Kedua tanganku di dalam saku, bahkan aku tidak menoleh ke belakang untuk melihat apakah ia mengikutiku. Ini berlangsung selama berapa menit pertama, dan aku tidak mengucapkan sepatah kata pun padanya. “Suasana hatimu sedang tidak baik, ya?” tanya Jamie akhirnya. “Kau bahkan tidak berusaha malam ini.” “Tidak ada yang luput dari perhatianmu, kan?” sahutku ketus tanpa menoleh ke arahnya. “Mungkin aku bisa membantu,” usulnya. Nadanya terdengar tulus, yang membuatku jadi semakin kesal. “Aku tidak yakin,” bentakku. “Mungkin, kalau kau mau menceritakan padaku apa yang mengganjal ....” Aku tidak membiarkan Jamie menyelesaikan ucapannya. “Dengar,” kataku, seraya berhenti dan berdiri berhadapan dengannya. “Aku menghabiskan waktu untuk menggotonggotong properti sialan itu. Aku belum makan sejak siang, dan sekarang aku harus berjalan ekstra satu mil hanya untuk memastikan kau sampai di rumah, padahal kita sama-sama tahu bahwa kau sebetulnya tidak memerlukanku untuk mengantar pulang.” Baru pertama kali itulah aku menaikkan volume suaraku saat berbicara dengannya. Terus terang, rasanya lumayan menyenangkan. Aku sudah memendamnya sekian lama. Jamie tampak sangat terkejut untuk menanggapi kemarahanku, dan aku terus melanjutkan. “Satu-satunya alasanku melakukan ini adalah karena ayahmu, yang bahkan tidak menyukaiku. Semua ini betul-betul konyol. Aku berharap tidak pernah setuju untuk melakukannya.” “Kau cuma mengatakan semua ini karena kau tegang menghadapi pementasan besok ....” Aku memotong ucapannya dengan gelengan kepalaku. Sekali aku sudah mulai, kadang-kadang sulit bagiku untuk berhenti. Aku hanya mampu menghadapi sikap optimis dan keceriaannya sampai di sini, dan ini bukan hari yang tepat untuk mendesakku
makin jauh. “Kau masih juga belum mengerti, ya?” tanyaku gusar. “Aku sama sekali tidak merasa tegang menghadapi pementasan. Aku Cuma sedang tidak ingin berada di sini. Aku tidak ingin mengantarmu pulang, aku tidak ingin
teman-temanku terus membicarakanku, dan aku tidak ingin menghabiskan waktu bersamamu. Kau terus berlagak seakan kita berteman, tapi nyatanya tidak begitu. Kita tidak punya hubungan apa-apa. Aku Cuma ingin semua ini segera berakhir dan aku bisa kembali ke kehidupan normalku.” Jamie tampak sakit hati menerima luapan kemarahanku, dan sejujurnya, aku tidak dapat menyalahkannya. (Kan Kukenang Selalu, Nicholas Spark)

Berdasarkan kutipan novel di atas berikanlah beberapa simpulan berkaitan dengan karakter tokoh yang ada. Secara implisit (tersirat atau tidak dikemukakan langsung pada bacaan), karakter tokoh dalam kutipan novel tersebut.
Membaca novel merupakan usaha memperhalus budi. Dalam novel banyak hal yang bisa dipakai sebagai alat untuk becermin. Karakter tokoh merupakan cermin agar kita tidak memiliki karakter negatif.
Alur memberi cermin agar kita bijaksana menyikapi semua persoalan. Demikian pula unsur yang lain. Untuk itu, aktivitas pembelajaran yang harus kamu lakukan untuk menguasai kompetensi mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja yang dibacakan adalah (1) mendengarkan pembacaan kutipan novel remaja; dan (2) menemukan karakter tokoh novel remaja yang dibacakan.

1. Mendengarkan Pembacaan Kutipan Novel Remaja
Mintalah seorang temanmu membacakan kutipan sebuah novel yang kamu tentukan! Dengarkan baik-baik pembacaan temanmu itu! Kemudian, catatlah hal-hal berikut.
Sebagai pemandu ketika kamu sedang mendengarkan pembacaan tersebut:
a. peristiwa yang ada dalam kutipan novel yang kamu dengarkan;
b. tokoh yang ada dalam kutipan novel yang kamu dengarkan;
c. pesan yang ingin disampaikan penulis melalui peristiwa dalam novel yang kamu dengar;
d. dialog dalam novel yang kamu dengar!
Format berikut juga dapat kamu gunakan
Aspek Catatan
Peristiwa ...
Tokoh ...
Pesan ...
Dialog ...

2. Menemukan Karakter Tokoh Novel Remaja yang Dibacakan
Berdiskusilah dengan temanmu untuk menemukan karakter tokoh Alandra pada kutipan novel Philo Phobia berikut ini.
Namanya Alandra....
Tapi biasa dipanggil Andra, karena entah kenapa dia benci banget dipanggil Allan. Dia itu ... seseorang yang gue hargain dan hormatin banget dalam hidup ini. Walaupun kadang, bisa jadi salah satu “jackass” terbesar yang pernah gue kenal juga. Bisa jadi kakak, tapi di saat yang bersamaan, bisa juga jadi adik yang manja banget. Bisa bertingkah kayak bokap gue, tapi bisa juga jadi temen gila yang ancur abis.
Seseorang yang sangat objektif memandang segala sesuatu dalam hidup, jadi bisa mengimbangi gue yang terkadang suka subjektif dan .... harsh in my words. Seseorang yang sabar banget, sincere in his every way and basically one of the most kid at heart person that I ever know
in life.I (hlm. 4—5)

Latihan
1. Secara keseluruhan, ada berapa tokohkah yang terlibat dalam petikan novel di atas?
2. Jelaskan karakter setiap tokoh dalam petikan novel tersebut yang berkaitan dengan kepribadian dan watak! Sertakan data yang dapat kamu temukan dalam novel tersebut!

0 Response to "Mengidentifikasi Karakter Tokoh Novel Remaja (Asli atau Terjemahan)"